Posisi tuas transmisi tetap di drive (D) saat berhenti di lampu merah tak disarankan ketika menggunakan mobil bermesin bakar (ICE). Hal ini berkaitan dengan faktor keselamatan dan keawetan komponen.
Cara berkendara seperti itu bisa membuat oli transmisi terbebani, sehingga suhunya naik dan mempercepat penurunan kualitas oli. Namun, di mobil listrik apakah itu juga berlaku?
Robertus Danang Wiratmoko, Product Communication Manager Wuling Motors, mengatakan mobil listrik juga terdapat kode P-R-N dan D pada knop transmisi yang menjadi fitur pengendalian mobil.
“Sepintas, hampir sama dengan mobil konvensional dengan mesin bakar, hanya saja knop tersebut sebenarnya hanya seperti sakelar elektronik, bukan tuas yang menggerakkan mekanikal tertentu seperti pada mobil ICE,” ucap Danang kepada KOMPAS.com, Kamis (13/11/2025).
Saat mobil listrik berhenti, artinya saat itu juga dinamo dalam kondisi tak berputar. Berbeda dengan mobil bermesin bakar yang mesinnya berputar stasioner.
“Mobil listrik tidak memiliki kopling, sehingga, dinamo dan gear reduksi selalu terhubung, ketika posisi D maka sistem yang akan membaca, ketika pedal gas diinjak mobil bisa jalan, ketika pedal gas tak diinjak dinamo berhenti,” ucap Danang.
Wuling Cortez Darion PHEV
Sementara itu, gear reduksi memang membutuhkan oli dengan prinsip sederhana yakni sebagai pelumas mekanis dan pendingin komponen. Sehingga, tak ada risiko ketika posisi transmisi di D saat mobil berhenti.
Jadi, mobil listrik berhenti dengan posisi transmisi di D tak akan memberikan efek samping. Tidak sama dengan mobil matik dengan mesin bakar yang selalu berputar, meski mobil sedang berhenti.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.