Kota Solo semakin hidup sebagai pusat budaya, wisata, dan kegiatan masyarakat. Namun dalam beberapa tahun terakhir, mobilitas warganya menghadapi tantangan, di mana susah mencari taksi yang menunjang perjalanan. Banyak pengunjung maupun warga lokal mengeluhkan sulitnya mendapatkan layanan taksi.
Hal itu ternyata juga dialami oleh perwakilan perusahaan transportasi nasional yang kini resmi membuka layanan taksi di Solo, Adrianto Djokosoetono, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk. Pimpinan yang kerap disapa Andre ini mengungkapkan pengalaman pribadinya yang sangat dekat dengan kondisi tersebut.
“Tadi di ruangan saya sempat ditanya apakah sudah sering ke Solo, sudah. Justru karena sudah sering ke Solo itu kok mesen taksi susah,” ujarnya dalam peluncuran Bluebird Solo di Balai Kota Surakarta pada Jumat, 28 November 2025.
Hal itu menggambarkan masalah nyata yang selama ini dirasakan banyak orang. Pertumbuhan mobilitas Solo memang pesat, tetapi tidak selalu diiringi kemampuan transportasi umum untuk memenuhi kebutuhan di lapangan.

Kehadiran operator taksi baru di kota ini pun menjadi jawaban yang cukup dinantikan. Namun yang membuat langkah ini menarik bukan hanya soal ekspansinya, melainkan bagaimana layanan tersebut dirancang untuk tumbuh bersama ekosistem lokal. Perusahaan ini juga menggandeng Kosti, komunitas pengemudi lokal yang telah berakar lebih dari 30 tahun di Kota Bengawan.
Andre menegaskan bahwa pendekatan kolaboratif itu bukan sekadar simbol kerja sama, tetapi strategi untuk memperkuat mobilitas Solo secara berkelanjutan.
“Kolaborasi ini memadukan standar operasional dengan pengalaman Kosti yang sudah lebih dari 30 tahun di kota Solo. Ketika kota tumbuh semua orang yang menggerakannya juga perlu berkolaborasi untuk tumbuh bersama-sama,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa kota dengan aktivitas budaya dan pariwisata yang sangat hidup seperti Solo membutuhkan sistem transportasi yang bisa menjangkau lebih banyak titik mobilitas. Karena itu, pihaknya menempatkan armada di area-area strategis seperti stasiun, pusat komersial, hotel, dan terminal.
“Operasional ini bukan sekadar memperluas titik layanan, tetapi memastikan pilihan bagi pengunjung maupun warga kota Solo sendiri atas berbagai layanannya,” katanya.
Adrianto juga menyinggung mengenai peran teknologi sebagai pendukung utama mobilitas modern. Meski aplikasi pemesanan sudah disiapkan, ia menekankan bahwa sistemnya baru akan aktif setelah semua armada siap beroperasi di lapangan.
Terkait jumlah unit taksi, Adrianto menjelaskan bahwa kendaraan yang disiapkan untuk operasional di Solo berjumlah 40 unit. Namun, ia menyebut baru 22 unit yang sudah beroperasi per hari peluncuran. Ia menargetkan seluruh 40 unit dapat aktif dalam dua minggu ke depan, dan jumlah tersebut akan ditingkatkan menjadi sekitar 50 unit pada akhir tahun.
“Kendaraan yang sudah ada saat ini 40 unit, tapi per hari ini yang jalan baru 22 unit. Dalam 2 minggu ke depan kita akan penuhi 40 dan by end of tahun ini akan menuju ke 50,” tandasnya.