Banjir besar yang baru-baru ini melanda wilayah Sumatera Utara menyisakan banyak cerita pilu, mulai dari kendaraan yang mogok hingga hanyut terbawa arus.
Peristiwa ini kembali menegaskan bahwa berkendara saat banjir bukan soal keberanian, tetapi soal memahami batas aman dan menyelamatkan diri serta kendaraan.
Dalam kondisi darurat seperti ini, banyak pengemudi memilih memaksa menerobos genangan demi cepat sampai tujuan.
BANJIR SOLOK: Petugas BPBD Kota Solok melakukan evakuasi warga terdampak banjir, Kamis (27/11/2025).
Padahal, keputusan tersebut kerap berakhir lebih mahal. Dari mesin rusak, interior terendam, hingga risiko keselamatan yang jauh lebih serius.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), memperingatkan bahwa pengemudi harus tahu batas kemampuan kendaraan.
“Pengemudi harus paham bahwa mobil itu bukan perahu yang diciptakan bisa berjalan di permukaan air, karena beda konstruksinya,” ujar Sony, kepada Kompas.com (28/11/2025).
“Memang ada beberapa mobil yang bisa mengambang tetapi beda desain dan hanya untuk kondisi darurat saja,” kata dia.
Meski ada kondisi tertentu di mana mobil masih bisa melewati genangan, tetap ada batas amannya. Sony menekankan bahwa tinggi air tidak boleh lebih dari 3/4 ban, itupun dengan catatan mobil melaju sangat pelan.
Tujuannya agar air tidak tersedot ke ruang bakar melalui air intake yang umumnya sejajar dengan lampu utama.
Ilustrasi berkendara saat hujan
Kesalahan kecil bisa berujung fatal. Air yang masuk ke ruang mesin dapat memicu water hammer hingga berpotensi pecah blok mesin.
Untuk diketahui, perbaikan kerusakan berat masuknya air ke ruang bakar bisa menghabiskan puluhan juta rupiah.
Selain itu, arus air juga harus diperhatikan. Banyak kasus mobil terseret derasnya arus karena pengemudi terlalu percaya diri.
Agar kejadian serupa tidak terulang, Sony membagikan langkah aman saat menghadapi jalanan tergenang:
Ilustrasi banjir di daerah, Cawang, Jakarta Timur
Berikut ini cara aman saat melintasi banjir:
1. Amati sekitar. Perhatikan marka jalan dan trotoar. Jika tidak terlihat, maka kemungkinan air sudah melebihi 20 cm.
2. Tanya warga setempat. Mereka paling tahu kedalaman dan kondisi arus di titik banjir.
3. Cari jalur lain atau tunggu surut. Ini pilihan paling bijak untuk menghindari risiko kehilangan kendaraan atau nyawa.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang