Standar kualitas bensin di Indonesia selalu mengalami kenaikan.
Mulai dari bensin Premium RON 88 yang dihapus dan digantikan dengan Pertalite RON 90.
Tak berhenti di situ, saat ini Pertalite RON 90 juga dinilai memiliki kualitas yang rendah, sehingga tidak disarankan untuk mobil-mobil bermesin bensin modern.
Sebenarnya, apa yang terjadi?
Ahmad Safrudin alias Puput, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), mengatakan ada banyak faktor mengapa Premium dihapus dan digantikan Pertalite.
“Premium RON 88 sudah terlalu rendah kualitasnya untuk mobil bermesin modern, sehingga secara bertahap dihapus dan digantikan Pertalite RON 90,” ucap Puput kepada KOMPAS.com, Jumat (21/11/2025).
Pertalite yang menggantikan Premium pun tak sepenuhnya sempurna, karena kualitasnya juga bisa dibilang di bawah standar kebutuhan mesin-mesin modern saat ini.
“Mesin mobil sekarang umumnya memiliki rasio kompresi lebih tinggi, bahan bakar RON rendah seperti Premium mudah menyebabkan knocking, bikin mesin kurang bertenaga, boros, dan memperpendek usia komponen,” ucap Puput.
Terlhat nozzel untuk bahan bakar minyak (BBM) Pertamax, Pertalite, Bio Solar dan Pertamina Dex di salah satu SPBU Pertamina.
Tak hanya pengaruh pada performa, teknologi kendaraan pada zaman dulu masih diproduksi dengan teknologi usang.
Ditandai dengan boros BBM, emisi tinggi, akselerasi lambat, torsi rendah, dan sejenisnya.
“Seiring perjalanan waktu, ada tuntutan efisiensi energi baik dalam rangka menghadapi shortage BBM (crude oil), mitigasi CO2 dalam rangka mengatasi perubahan iklim, serta pengendalian pencemaran udara akibat emisi kendaraan yang makin parah,” ucap Puput.
Dampak pencemaran udara pada saat itu berdampak langsung pada keselamatan manusia, berupa fatalitas yang sampai merenggut ribuan jiwa per tahun.
“Saat itu, 68 ribu jiwa per tahun atau 186 jiwa per hari meninggal dunia di Indonesia karena polusi udara, belum lagi dampak ISPA, asma, pneumonia, bronkitis, jantung koroner, kanker, gagal ginjal, dan sebagainya,” ucap Puput.
Saat Indonesia mengadopsi standar Euro 2 pada 2007, teknologi kendaraan berubah agar lebih efisien, yakni dengan dibuat dengan compression ratio (CR) di atas 9:1.
Di SPBU Kebonagung, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan berani mengganti jika ada konsumen BBM jenis pertalite mengeluhkan motornya mbrebet usai melakukan pembelian di SPBU tersebut, Kamis (30/10/2025)
“Sebelumnya, mobil maupun sepeda motor rata-rata memiliki CR 8.5:1, maka sejak itu produksi baru otomotif dengan CR di atas 9:1, dan wajib pakai bensin minimal RON 91,” ucap Puput.
Kesimpulannya, Premium RON 88 sudah tidak kompatibel dengan standar Euro 2, lalu digantikan dengan Pertalite RON 90 yang sebenarnya kualitasnya masih di bawah standar untuk mobil modern.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com.